Filosofi At-Tajdid: Memahami Konsep Pembaruan dalam Islam

Pengajian bertema Filosofi At-Tajdid ini disampaikan oleh Dr. Wawan Wahyudin, S.Ag., M.Si., yang mengupas makna tajdid dalam Islam. Istilah tajdid memiliki akar dalam konsep syar'i dan bersumber langsung dari ajaran Rasulullah ﷺ. Salah satu hadits yang menjadi dasar pembahasan tentang tajdid adalah sebagai berikut:
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
"Sesungguhnya pada setiap penghujung seratus tahun, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus kepada umat ini seseorang yang akan memperbarui agama mereka." (HR. Abu Dawud)
Hadits ini menunjukkan bahwa dalam setiap abad, Allah akan mengutus seorang pembaru (mujaddid) yang berperan dalam mengembalikan kejernihan ajaran Islam. Pembaruan ini bukan berarti membawa ajaran baru, tetapi justru berfungsi untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islam yang mungkin telah pudar akibat pengaruh zaman.
Makna dan Ruang Lingkup Tajdid
Secara bahasa, tajdid berarti "pembaruan" atau "penyegaran." Dalam konteks Islam, tajdid memiliki arti yang lebih mendalam, yaitu upaya menghidupkan, menyegarkan, dan mengembalikan Islam kepada kemurniannya sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Para ulama menjelaskan bahwa tajdid dalam Islam mencakup tiga aspek utama:
Al-Ihya' (Menghidupkan Kembali)
Tajdid dalam aspek ini berfokus pada upaya menghidupkan kembali ajaran Islam yang mulai pudar dalam kehidupan umat. Hal ini bisa mencakup aspek aqidah, ibadah, serta akhlak. Seorang mujaddid akan berperan dalam menyebarkan kembali pemahaman Islam yang benar kepada masyarakat.
Al-Ba'tsu (Membangkitkan Kembali)
Konsep ini menekankan kebangkitan umat Islam dari kemunduran atau keterpurukan. Tajdid dalam aspek ini meliputi pembangkitan semangat umat dalam menjalankan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh), baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun ilmu pengetahuan.
Al-Raj' (Mengembalikan kepada yang Asli)
Salah satu tujuan utama tajdid adalah mengembalikan pemahaman Islam kepada kemurniannya, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Ini mencakup upaya membersihkan ajaran Islam dari berbagai penyimpangan, bid'ah yang menyimpang, dan praktik-praktik yang bertentangan dengan syariat.
Di era modern, konsep tajdid menjadi semakin penting mengingat berbagai tantangan yang dihadapi umat Islam, seperti sekularisasi, modernisasi yang berlebihan, dan kemunduran moral. Pembaruan dalam Islam tidak hanya mencakup aspek pemahaman agama, tetapi juga dalam cara umat Islam merespons perubahan zaman dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang benar.
Seorang mujaddid di era ini bisa hadir dalam berbagai bentuk, baik sebagai ulama, pemikir, cendekiawan Muslim, maupun pemimpin yang membawa perubahan positif bagi umat. Tajdid bukanlah sekadar kembali ke masa lalu, tetapi juga berupaya menjadikan Islam tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman dengan tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Konsep tajdid dalam Islam adalah upaya pembaruan yang bertujuan menghidupkan kembali ajaran Islam, membangkitkan semangat keislaman, dan mengembalikan pemahaman agama kepada kemurniannya. Tajdid bukan inovasi dalam agama, tetapi sebuah proses pemurnian dari penyimpangan agar Islam tetap tegak dan sesuai dengan ajaran yang benar.
Di setiap zaman, akan selalu ada mujaddid yang berperan dalam membawa umat kembali kepada nilai-nilai Islam yang hakiki. Oleh karena itu, setiap Muslim diharapkan dapat berperan dalam proses tajdid, baik dalam skala individu, keluarga, maupun masyarakat, agar Islam tetap menjadi cahaya yang menerangi kehidupan manusia.
(Tim Media At-Tajdid)
Bagikan :