Muhammadiyah dan Tradisi Kepemimpinan Kebangsaan

Sejak berdiri tahun 1912, Muhammadiyah telah meletakkan fondasi penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Melalui amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan sosial, Muhammadiyah tidak hanya menjadi organisasi keagamaan, tetapi juga aktor strategis dalam pembangunan nasional. Tradisi kepemimpinan Muhammadiyah selalu menekankan nilai kebangsaan yang berakar pada ajaran Islam berkemajuan.
Penghargaan negara berupa Bintang Mahaputera Utama yang diberikan kepada Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. dan Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. pada peringatan Hari Kemerdekaan 2025, menjadi simbol pengakuan atas kontribusi tersebut.
Tanda Kehormatan dalam Perspektif Politik dan Sosial
Tanda Kehormatan Republik Indonesia, khususnya Bintang Mahaputera, merupakan salah satu penghargaan tertinggi yang diberikan negara. Dari perspektif politik dan sosial, penganugerahan ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga memiliki makna legitimasi terhadap peran organisasi masyarakat sipil dalam menjaga demokrasi dan keutuhan bangsa.
“Islam Berkemajuan adalah ikhtiar menghadirkan Islam yang memadukan keimanan, keilmuan, kemajuan, dan kemanusiaan universal” (Haedar Nashir, 2015).
Dengan demikian, penganugerahan kepada dua tokoh Muhammadiyah ini sekaligus mengafirmasi Muhammadiyah sebagai kekuatan moral dan intelektual bangsa.
Islam Pencerahan untuk Indonesia Berdaulat
Sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir dikenal sebagai pemikir dan intelektual Muslim yang konsisten mengusung gagasan Islam Berkemajuan. Konsep ini menekankan pentingnya menjadikan agama sebagai energi pencerahan, bukan sekadar identitas politik.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menempatkan agama sebagai sumber nilai untuk kemajuan, bukan alat politik yang memecah belah” (Haedar Nashir, 2020).
Pemikirannya relevan dengan tantangan kebangsaan Indonesia, yakni bagaimana menjaga persatuan dalam keragaman, serta meneguhkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Moderasi dan Diplomasi Kebudayaan
Sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti memiliki kiprah panjang dalam diplomasi kebudayaan dan dialog antaragama. Beliau menekankan pentingnya wasathiyyah Islam (Islam moderat) sebagai pijakan menghadirkan peradaban yang damai.
“Dialog antaragama bukan hanya tentang teologi, melainkan tentang membangun keadaban bersama” (Abdul Mu’ti, 2018).
Dengan perspektif pendidikan multikultural, Abdul Mu’ti berkontribusi dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai rujukan moderasi beragama di tingkat global.
Pesantren Muhammadiyah sebagai Basis Kaderisasi Nasional
Penganugerahan ini juga memiliki resonansi penting bagi dunia pendidikan, khususnya pesantren. Pesantren Muhammadiyah hadir bukan hanya sebagai lembaga pengajaran agama, tetapi juga sebagai pusat kaderisasi kepemimpinan bangsa.
Bagi Pesantren At-Tajdid Muhammadiyah Tasikmalaya, penghargaan ini menjadi inspirasi untuk melahirkan generasi yang berakhlak mulia, unggul dalam ilmu, dan terampil dalam amal. Dengan meneladani kepemimpinan Prof. Haedar dan Prof. Abdul Mu’ti, pesantren dapat memainkan peran strategis dalam membentuk kader bangsa yang berkomitmen pada nilai Islam berkemajuan.
“Kader Muhammadiyah harus hadir sebagai intelektual organik yang berjuang dengan akhlak, bukan dengan amarah” (Haedar Nashir).
Inspirasi untuk Generasi Muda Indonesia
Penganugerahan Bintang Mahaputera Utama kepada dua tokoh Muhammadiyah merupakan pengingat bahwa pengabdian tulus dan kepemimpinan yang mencerahkan akan selalu mendapatkan tempat dalam sejarah bangsa. Bagi generasi muda, hal ini menjadi teladan bahwa kontribusi terhadap bangsa dapat diwujudkan melalui ilmu, integritas, dan pelayanan sosial yang berkelanjutan.
Penganugerahan ini bukan hanya milik dua tokoh Muhammadiyah, tetapi juga milik seluruh umat dan bangsa. Ia adalah simbol bahwa kerja-kerja kebudayaan, pendidikan, dan pencerahan yang dilakukan Muhammadiyah diakui negara sebagai fondasi penting pembangunan nasional.
Keluarga besar Pesantren At-Tajdid Muhammadiyah Tasikmalaya menyampaikan apresiasi mendalam atas penghargaan ini, seraya berdoa agar Prof. Haedar Nashir dan Prof. Abdul Mu’ti senantiasa diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk terus menebar pencerahan bagi bangsa dan umat manusia.
Bagikan :