logo

Hari Batik Nasional, Warisan Budaya, Cermin Nilai Kesabaran dan Cinta Tanah Air

ARTIKEL
admin
2 Oktober 2025
Hari Batik Nasional, Warisan Budaya, Cermin Nilai Kesabaran dan Cinta Tanah Air

Tasikmalaya, Setiap tanggal 2 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Batik Nasional. Tanggal ini ditetapkan sejak tahun 2009, ketika UNESCO mengakui batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity atau warisan budaya tak benda milik bangsa Indonesia. Sejak saat itu, batik tidak lagi hanya sekadar kain bermotif indah, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan, jati diri, dan identitas bangsa.

Batik dan Nilai Kehidupan

Batik bukan sekadar hasil karya seni. Di balik sehelai kain batik, ada nilai-nilai luhur yang bisa kita teladani. Proses membatik membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan ketekunan. Sehelai kain bisa memakan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk diselesaikan. Nilai-nilai ini sejalan dengan kehidupan di pesantren, di mana santri ditempa dengan kesabaran dalam menuntut ilmu, ketelitian dalam memahami ajaran agama, serta ketekunan dalam beribadah.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah mencintai apabila seseorang di antara kalian mengerjakan sesuatu, ia mengerjakannya dengan itqan (sungguh-sungguh dan sempurna).” (HR. Thabrani)

Hadis ini selaras dengan filosofi membatik, bahwa setiap guratan dan titik harus dikerjakan dengan penuh kesungguhan.

Batik sebagai Identitas dan Cinta Tanah Air

Batik juga menjadi salah satu simbol persatuan bangsa. Setiap daerah di Nusantara memiliki motif dan corak batik yang khas, namun semuanya tetap disebut batik Indonesia. Inilah gambaran betapa beragamnya bangsa kita, namun tetap satu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Bagi santri, memakai batik tidak hanya bentuk penghormatan terhadap budaya, tetapi juga perwujudan rasa cinta tanah air. Dalam tradisi pesantren, dikenal ungkapan hubbul wathan minal iman – cinta tanah air sebagian dari iman. Maka, melestarikan batik berarti juga menjaga warisan bangsa yang menjadi bagian dari identitas kita sebagai umat Islam di Indonesia.

Pesantren dan Peran Melestarikan Budaya

Pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga benteng penjaga budaya lokal. Melalui kegiatan-kegiatan seperti pembiasaan memakai batik pada hari tertentu, lomba desain motif batik Islami, atau kajian tentang filosofi batik, pesantren dapat menanamkan kecintaan budaya pada para santrinya.

Dengan begitu, santri tidak hanya tumbuh menjadi pribadi yang berilmu dan berakhlak, tetapi juga menjadi generasi yang mampu menjaga tradisi dan identitas bangsa.

Penutup

Hari Batik Nasional menjadi momentum penting bagi seluruh bangsa Indonesia, termasuk kalangan santri, untuk semakin mencintai warisan budaya. Batik bukan hanya pakaian, melainkan simbol kesabaran, ketelitian, dan cinta tanah air.

Semoga dengan memperingati Hari Batik Nasional, santri dan pesantren semakin berperan aktif dalam menjaga serta melestarikan batik sebagai identitas bangsa sekaligus bukti kecintaan kita kepada tanah air.

Redaksi Akbar Syawaludin S.Sos.

Bagikan :